Selasa, 11 Agustus 2015

Apakah Lupus ?

Lupus adalah penyakit peradangan kronis yang dapat mengenai kulit, sendi, ginjal, paru, susunan saraf dan alat tubuh lainnya. Gejala tersering adalah bercak kulit, artritis (radang sendi) sering disertai lemah badan dan demam. Perjalanan penyakit Lupus beragam dari ringan sampai berat berselang seling kambuh dan baik. Lupus terutama diderita oleh wanita terutama pada masa subur (wanita 10 kali lebih sering daripada pria).
Apa penyebab Lupus?
Penyebab lupus masih belum ditemukan. Tetapi terdapat beberapa faktor resiko yaitu genetik (keturunan) dan lingkungan yang menyebabkan lupus. Faktor lingkungan yang diperkirakan sebagai penyebab adalah obat-obatan, racun, makanan dan sinar matahari.
Bagaimana gejala lupus?
Gejala lupus sangat beragam, oleh karena itu dokter terkadang sulit untuk mendiagnosa penyakit ini. Biasanya diawali dengan lemah badan, demam dan nyeri pada sendi dan otot. Kadang gejala ini disalahartikan dengan flu yang berulang.
Lupus dapat mengenai berbagai alat tubuh. Gejala yang dirasakan adalah:
Sistem otot dan tulang: Sakit pada sendi pada kedua sisi (kiri maupun kanan) tanpa merusak sendi. Sering mengenai tangan, lutut dan pergelangan tangan. Kadang disertai dengan rasa lemas dan nyeri pada otot.
Kulit dna rambut: Keterlibatan kulit terjadi 90% penderita lupus. Secara klasik dapat ditemukan kemerahan pada wajah (malar rash) yang dicetuskan oleh paparan sinar matahari. Selain itu juga didapati lesi diskoid pada kulit. Rambut terutama pada dahi menjadi rontok. Lesi kulit dan rambut dapat dihilangkan dengan pengobatan yang baik.
Ginjal: Kerusakan ginjal didapati pada hampir seluruh penderita lupus. Jika kerusakannya berat maka diperlukan pengobatan imunosupresif. Untuk itu penting kiranya memeriksa urin secara berkala karena stadium awal dari kerusakan ginjal ditandai dengan adanya protein dalam urin.
Jantung dan pembuluh darah: Kerusakan jantung yang diderita penderita lupus berupa cairan pada selaput jantung, vegetasi pada katup jantung, perkapuran (aterosklerosis) pada pembuluh darah dan nyeri pada ujung-ujung jari dna perubahan warna menjadi putih kebiruan jika terkena udara dingin dan emosi yang meningkat yang disebut fenomena Raynaud.
Susunan saraf: Gangguan otak, saraf dan kejiwaan didapati pada 15% penderita lupus. Kelainan dapat berupa kejang, kelemahan otot, depresi, gelisah dan stroke.
Paru: Sesak nafas yang dirasakan pada penderita lupus dapat disebabkan oleh adanya cairan pada selaput paru dan juga akibat infeksi paru (pnemonia).
Darah: Hampir setengah penderita lupus menderita anemia. Selain itu terdapat jumlah trombosit dan lekosit yang rendah daripada orang sehat. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan dan mudah terinfeksi.
Mata: Kerusakan mata jarang didapati pada penderita lupus. Kerusakan retina dapat terjadi akibat pengobatan lupus dengan menggunakan obat anti malaria (Chloroquine). Jika menggunakan obat sejenis ini maka diperlukan kontrol yang teratur ke dokter mata.
Berikut ini kekerapan gejala yang sering dialami penderita lupus:
– Nyeri sendi (95%)
– Demam (lebih dari 38 C) 90%
– Bengkak Sendi 90%
– Lemah Badan 81%
– Kemerahan pada kulit 74%
– Anemia 71%
– Kerusakan ginjal 50%
– Nyeri dada sewaktu bernafas (pleuritis) 45%
– Malar rash (bercak pada wajah) 42%
– Fotosensitif 30%
– Rambut rontok 27%
– Gangguan pembekuan darah 20%
– Fenomena Raynoud 17%
– Kejang 15%
– Sariawan 12%
Bagaimana diagnosa lupus?
Jika seseorang diduga menderita lupus, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk membuktikan diagnosa tersebut. Pemeriksaan laboratorium juga berguna untuk memastikan alat tubuh apa saja yang terkena. Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah antinuclear antibody (ANA) dan anti-double stranded DNA (drDNA) dan anti-smith antibodies (Sm). Pemeriksaan laboratorium akan dipadukan dengan pemeriksaan klinis dokter untuk menyatakan apakah menderita lupus atau tidak dan seberapa jauh kerusakan alat tubuh yang terjadi akibat lupus.
Apakah pencetus lupus kambuh?
Lupus dapat dicetuskan oleh paparan sinar matahari dan infeksi. Jika lupus kambuh akan timbul kemerahan pada wajah atau kulit lainnya dan kemudian terjadi pula gangguan pada alat tubuh-alat tubuh lainnya. Terkadang lupus dicetuskan oleh kehamilan dna persalinan. Oleh karena itu penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika tidak dapat menghindari paparan sinar matahari, terkena infeksi (misalnya: batuk pilek yang tidka sembuh-sembuh), sewaktu hamil dan akan menjalani persalinan.
Bagaimana mengobati lupus?
Pengobatan lupus tergantung dari berat-ringannya dan alat tubuh mana yang terkena. Untuk itu diperlukan pemeriksaan medis secara berkala. Jika terdapat gejala ringan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan anti malaria (seperti Chloroquine). Jika terdapat gejala yang berat dab beresiko mengancam jiwa, maka diberikan Steroid (seperti Prednison, Metilprednisolon) dan obat imunosupresif (seperti azathioprine, cyclophosphamide, mycophenolate mofetil dan cyclosporine).
Obat-obat tersebut memang berguna untuk mengobati lupus, tetapi mempunyai beberapa efek samping. Efek samping yang ditimbulkan beragam dari ringan sampai berat dan terkadang baru dirasakan setelah jangka waktu lama.
Efek samping yang sering dirasakan adalah:
– Nyeri ulu hati
– Mual dan kadang disertai muntah
– Tekanan darah tinggi
– Berat badan meningkat
– Muka menjadi bulat
– Osteoporosis
– Rambut rontok
– Meningkatnya resiko infeksi (misalnya: tuberkulosis)
Setelah perbaikan, maka dosis dan jenis oabat akan dikurangi secara bertahap.
Apa hubungan kehamilan dengan lupus?
Lupus sendiri tidka mengganggu kesuburan wanita penderitanya, namun jika salah satu obatnya mengandung siklofosfamid, maka dapat terjadi resiko infertilitas. Dibanding dengan wanita pada umumnya, penderita lupus mempunyai resiko sedikit lebih tinggi untuk terjadinya keguguran dan kematian janin dalam kandungan. Namun demikian, sebagian besar penderita dapat mempunyai anak dengan aman. Perencanaan kehamilan perlu diatur. Kehamilan diatur pada saat aktivitas lupus yang paling rendah. Kehamilan pada lupus dapat dijalani dengan aman dan tidka perlu digugurkan kecuali jika lupusnya berat dan mengenai sistem darah, ginjal atau susunan syaraf pusat. Pada saat hamil terdapat obat-obat lupus yang perlu dihindari seperti: cyclophosphamide, cyclosporine dan mofetil mycophenolate. Memang ada risiko terjaid peningkatan aktivitas penyakit lupus pada awal kehamilan dan saat persalinan tetapi pada umumnya dapat dikontrol dengan obat-obatan yang aman terhadap janin dalam kandungan. Oleh karena itu penting untuk memeriksakan diri secara berkala pada dokter kandungan dan ‘dokter lupus’.
<b>Bagaimana hidup dengan Lupus?</b>
Meskipun pengobatan lupus sudah mengalami kemajuan yang pesat sejak tahun 1995, namun sebagai penyakit kronis lupus dapat menimbulkan keterbatasan aktivitas atau kemampuan hidup mandiri. Penyakit lupus bersifat dinamis, dapat terkontrol namun sewaktu-waktu dapat menajdi berat. Gejala-gejala yang dialami bisa dalam bentuk ringan seperti pegal-pegal, lemas dan mengganggu aktivitas serta menurunkan kualitas hidup.Jika hal tersebut terjadi, maka jalan yang terbaik adalah menjalani ikhtiar pengobatan secara teratur, berkonsultasi dengan dokter secara aktif, dan berupaya terus mengenal dan memahami serta menjadikan lupus sebagai sahabat.
Penderita lupus dapat mengalami gangguan mental emosional seperti kecemasan, menjadi sensitif dan cepat tersinggung, depresi dan berputus asa. Untuk mengatasinya diperlukan eratnya kerjasama dokter-pasien yang baik dan dukungan dari keluarga dan teman dekat serta institusi tempatnya bekerja atau sekolah.
Tetaplah melakukan aktivitas, dan melakukan olah raga teratur yang disesuaikan dengan kondisi serta mengurangi terkena paparan terik matahari. Hal ini bisa disiasati dengan mengatur waktu olah raga, baju tangan panjang dan menggunakan topi atau tabir surya. Olah raga penting dilakukan untuk mencegah komplikasi penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis yang diakibatkan oleh lupus dan terapi steroid.
Perlu diketahui bahwa sebagian penyandang lupus dapat hidup normal tanpa obat dengan menghindari faktor pencetus dan mengatur pola hidup sehat. Sebagian lagi dapat beraktivitas normal, namun dengan dipayungi obat-obatan untuk mengontrol aktivitas sistem imunnya. Sebagian kecil memang harus membatasi aktivitasnya sambil terus menjalani pengobatan, karena terdapat gangguan pada berbagai organ tubuh yang vital.
<b>Kapan berkonsulatsi dengan dokter?</b>
Selain berkonsultasi secara teratur dengan dokter, perlu diperhatikan gejala-gejala yang perlu segera dikonsultasikan, yaitu:
– Demam tinggi
– Sakit kepala hebat
– Terdapat darah pada urin
– Nyeri dada
– Sesak nafas
– Bengkak pada tungkai
– Kelemahan pada anggota gerak
– Nyeri perut yang hebat
– Nyeri sendi yang tidak biasa
– Gangguan penglihatan
– Keguguran yang berulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar